::i'm lost::

Sempat letih
Membuat petunjuk itu terkaburkan
Hilang arah
Tersesat....
 

::Angka Hati::

Aku mencarimu, juga menunggumu
Ku coba menghitung kenangan itu
Membagi jumlah keindahan yang kau miliki
Mungkin takkan ada habisnya...

Mengurangi rasa sayangku untukmu
Mustahil dalam rasio perhitunganku
Membencimu sama dengan "=" menyayangimu
Meski kini menunggu menjadi jawaban ambigu ...

Green Room
 

::Slow but sure::

Setelah hampir 2 semester menunggu akhirnya tercapai juga langkah pertama kami.
Perlahan tapi pasti insya Allah dengan doa restu orang tua dan semangat dari sahabat. Perlu sedikit lagi perjuangan :)

Long time to feel... #30 Oct 2013





Mencoba menghilangkan ketegangan sebelum masa pembantaian tiba... :)
Terimakasih untuk kawan-kawanku si gadis tercantik diantara kami berenam Een, selanjutnya Hafid, Wayan serta Khairil yang telah berjuang bersama-sama melewati langkah pertama #pra almamater merah

Terimakasih juga untuk gadis-gadis cantik yang tak terelakkan : Lia, Idar, Pute dan Ami yang menyempatkan waktunya hadir membantu #thank's yaa...

 

::After Rain::

Setelah hampir seperdua hari menunggu, awan-awan hitam yang sedari pagi terkumpul bergerilya akhirnya meluapkan emosinya sore itu. Hujan kembali membasahi bumi yang telah lama kering.
Kembali menanyakan kehadirannya yang tak lagi ku mengerti, tentang memori yang tersimpan senyap.

Pernah ku berkata untuk menunggumu tanpa meminta kepastianmu.
Sampai kini masih menjadi sebuah harapan yang selalu ku mimpikan terkabul kelak.
Dimanapun kau berada harapanku senyuman itu selalu tercipta di bibirmu
Apapun yang kau ucapkan harapanku rasa nyaman selalu menemanimu

Sebab hari-hari berikutnya mungkin saja
takkan ada aku yang berjalan disampingmu yang terbuai dengan omelanmu, meski harapanku sebaliknya
Sebab hari-hari berikutnya mungkin saja
takkan ada aku yang duduk disampingmu sambil menikmati teh buatanmu, meski harapanku sebaliknya
Karena di hari-hari berikutnya mungkin saja
kau akan membenciku dan menginginkan aku menghilang bahkan lenyap selama-lamanya, meski harapku sebaliknya.

Aku hanya coba mengerti bila sebenarnya rindu pun seperti hujan, yang bilamana semakin lama trtahan di dalam segenggam hati akan sama bag kumpulan awan hitam yg menyimpan butiran-butiran air. Seperti itulah perumpamaan tentang rindu pun yang seperti hujan.

"Aku menunggu hujan di tengah gurun dan berharap sebuah keajaiban akan meluluhkanmu di hari hujan itu tercurah

unknown room




 

::Short Discuss::

Semalam dalam keadaan kejenuhan yang merundung tiada henti ku sempatkan untuk mengunjungi 2 sahabat yang mungkin saja sedang jenuh *juga.

Entah darimana awal percakapan hingga berujung membahas masalah karakter. Berhubung malam itu 2 orang yang saya temani adalah perempuan, ya sudah saya semacam terkena omelan yang membabi buta tentang kepribadian saya. Yang dimana bila ditarik sebuah garis lurus dengan garis kemiringan 180 derajat maka kesimpulannya itu "You are very sensitive personal". Dalam hati ucapku hanya merasa heran apa memang saya seperti itu?.

Pikirku selama ini yang saya sadari adalah saya hanya orang yang sangat tertutup dalam beberapa hal. Mungkin itulah kekurangan saya, tapi setidaknya saya berusaha menjadi sahabat yang baik dan untuk orang-orang yang saya sayangi. Sebab pengisi kekosongan hati yang hampa dan jenuh hingga merasa ingin pergi dan menghilang hanyalah dia dan mereka.

Di bawah keindahan sang rembulan, cahaya yang bagai sihir penakjub akan kebesaran-Nya. Ku titipkan salam atas segala kejenuhan yang kurasakan sebab Engkaulah dzat dari segala yang ada. 

Wind Room, 18 Oct 
 

::Season 4 "Ied Adha"::

Tak terasa sudah musim ke 4 saya berlebaran di negri orang *khusus Ied Adha. Sepi sih memang tapi sudah menjadi resiko yang ingin hidup merantau dan belajar di negri orang untuk mengejar cita-citanya. Rindu dengan suasana rumah ketika lebaran pasti, bersalam-salaman dengan orang tua juga saudara menjadi bumbu kebahagiaan disuasana seperti itu :).

Setidaknya untuk mengatasi rasa rindu seperti itu masih ada beberapa sahabat yang mengisi kesempurnaan berlebaran di negri rantau. Sama-sama menjadi perantau ada hikmah lebih yang bisa dipetik. Sosok keluarga itu adalah para sahabat yang selama 4 tahun setia menemani dalam suka dan duka.

Selamat Lebaran Ied Adha 10 Dzulhijah 1434, selamat Hari Raya Daging :) :)


Wind Room...
 

::Wherever you will go::

So lately, been wondering
Who will be there to take my place
When I'm gone you'll need love to light the shadows on your face
If a great wave shall fall and fall upon us all
Then between the sand and stone, could you make it on your own

[Chorus]
If I could, then I would,
I'll go wherever you will go
Way up high or down low, I'll go wherever you will go

And maybe, I'll find out
A way to make it back someday
To watch you, to guide you through the darkest of your days
If a great wave shall fall and fall upon us all
Then I hope there's someone out there who can bring me back to you

[Chorus]

Run away with my heart
Run away with my hope
Run away with my love

I know now, just quite how
My life and love might still go on
In your heart, in your mind, I'll stay with you for all of time

[Chorus]

If I could turn back time, I'll go wherever you will go
If I could make you mine, I'll go wherever you will go
I'll go wherever you will go

by: the calling

 

::Lebih dari sekedar persahabatan::

Ini tentang goresan tinta selama kurang lebih 4 tahun melewati dinamika, kebahagiaan, keresahan, keanehan serta permasalahan kehidupan. Pagi yang selalu memberikan kehangatan hingga malam yang mengantarkan kami dalam keindahan mimpi. Mimpi tentang angan dan cita beberapa anak muda yang berharap kelak mampu menjadi orang-orang yang tak ingin hanya disebut pemimpi belaka, namun sebaliknya.

Banyak cerita yang selalu kami kembali jadikan bahan gurauan dikala masa sulit seolah selalu menjadi sahabat yang tak diundang. Meski air mata tak pernah nampak secara nyata terkadang kesedihan akan kehilangan seorang sahabat selalu meneteskan butiran air mata di dalam hati . Tak perlu harus berbisik, tak perlu harus berkata, bahkan tak perlu rasanya kami berteriak seperti seorang orator hanya untuk membuktikan rasa sayang kami tentang jalinan persahabatan ini.

Hampa rasanya ketika satu persatu dari kita harus berpisah, Terasa sesak yang mengiris ketika ikatan emosional diantara kita harus diputuskan oleh waktu dan kepentingan yang menuntut kita masing-masing. Bahagia rasanya dapat menjadi salah satu bagian dalam pertalian persahabatan ini. Rasa bangga selalu mengguratkan lempengan kasih yang tak terhingga nilainya. Untuk persahabatan, persaudaraan, serta rasa kekeluargaan yang tak ternilai harganya ku hanya bisa berharap bisa selalu menjadi bagian penting dari kalian.

Ini Memori tentang kami :) 
*jawabannya silahkan klik yg dibawah

Wind Room



 

::Tak Tertuliskan namun Terlisankan::

Seolah baru kemarin aku bertemu, tak saling tahu tentang apa yang ingin diketahui.
Tapi kini Sejujurnya ingin kukatakan saja dari hati, ku harap ia mengerti
Apa kau mendengar harmoni hati yang tersusun di kala hujan pertama oktober ini?
Tak mampu ku simpulkan sejernih kelembutannya
Yang ku mengerti bahwa ini sebuah keyakinan padanya

Semua kini terserah padanya
Ini tentang sebuah cerita yang entah kapan akan diketahui akhir ceritanya.
Kini Ku hanya mencoba keluar dari rasa nyamanku,,

 Wind Room,
 

::In Time::

Langit yang kita lihat masih sama, seperti biasa menaungimu dengan keindahan yang kau damba. Bila sebuah malam merupakan sahabat dari siang dan hitam erat bersahabat dengan putih. Apakah biru semestinya bersahabat dengan kelabu? Mungkin, itu sebuah perumpaan yang sempat terpintas sejenak lalu hilang.

Malaikat tak mesti bersayap ketika kecantikan hatinya mampu membahagiakan orang disekelilingnya. Malaikat tak mesti bermata indah untuk melihat ketika orang disekeliling mampu melihat ketulusan dari binar matanya. Dan Malaikat tak mesti bernyawa ketika sebenarnya ia hidup di relung hati setiap orang yang ia kasihi.

Ini tentang dia.. yang mengisi lembaran narasiku
Ini tentang dia.. yang menambah goresan warnaku
Ini tentang dia.. yang selalu mengisi khawatirku
Tentang dia yang memercikkan butiran hujan lalu membingkainya dalam hangat warna pelangi
Sebab dia hangat langit yang sama kami pandangi takkan pernah berubah ...

Wind Room, 22 Juli 2013
 

::You::

Apa memang takdir kita untuk berpisah tanpa tanya?
Bahkan di dalam mimpi pun hal serupa menjadi bumbu tidurku. Hei,, apa kabarmu disana? harapanku pastinya kau selalu sehat. Entah, malam ini aku ingin menuliskan cerita tentangmu. Cerita yang tersimpan rapi dalam baris-baris memori dalam kepalaku. Memori yang menjadi cerita selama kurang lebih empat tahun di bangku perkuliahan sebagai mahasiswa.

Apa kau tahu siapa sahabat perempuan yang pertama kali ku kenal? ya, itu kau. Saat itu pertama kali kita semua sebagai maba Sastra dikumpul di depan pelataran aula dan kau yang pertama mengizinkanku mengenal namamu.

Masa-masa pengumpulan maba fakultas yang kita lalui sulit untuk diabaikan begitu saja. Masih ingat ketika pembagian job item acara? Saat itu kau ditunjuk untuk masuk ke dalam tim teater oleh seorang senior, akan tetapi kau menolak. Apa kau masih ingat apa alasan yang kau katakan padaku? alasanmu saat itu adalah kau sangat tidak pandai untuk berakting dan lebih memilih untuk job tari. Padahal sebenarnya kalau ku perhatikan sebenarnya kau bisa,, buktinya saja kau pandai menangis.. :p. Tahun pertama mungkin adalah masa terberat tetapi menjadi masa yang selalu membuat kita semua bisa tersenyum lebar bahkan tertawa hingga mengeluarkan air mata bila mengingatnya.

Terkadang orang-orang disekitar salah mengartikan tentang kedekatan kita saat itu. Bahkan seseorang yang memiliki hubungan spesial merasa cemburu denganmu. Apa kau masih ingat? pernah kau menangis karena hal ini, sampai-sampai kau memilih untuk menjauh. Maaf hingga membuatmu merasa terbebani seperti itu.

Tak pernah ku mengerti apa penyebabnya hingga menjadi seseorang yang selalu menemanimu ketika kau sedang bersedih hingga lagi-lagi menangis, masa itu. Pesan singkatmu yang tiba-tiba mencariku dan mengharapkan kedatanganku selalu menjadi sinyal hatimu sedang terluka, saat itu.


Pernah dalam gelap malam tampak wajahmu yang terlelap tidur terkikis bias cahaya dari luar jendela dan aku berdoa dalam hati semoga kau selalu ceria tanpa meneteskan lagi air mata karena seorang pria, Aku ingat itu..
Pernah kau menangis karena kehilangan HP sambil terduduk, tertunduk bersembunyi mencoba menghapus air matamudi bajuku dan aku hanya bisa mengusap kepalamu agar kau tenang, Aku ingat itu..

Adakah yang kau ingat cerita dari tawa hingga tetes air mata yang kau bagi denganku? Terkadang aku hanya mengenalmu sebagai perempuan yang berwatak keras. Namun sebenarnya kau adalah sahabatku dengan bulir air mata yang kapan saja bisa tertumpah untuk orang-orang yang kau sayangi.

Maafkan yang disaat perpisahan terakhir mencoba mengabaikanmu.
Maaf,, karena aku hanya terlalu benci dengan sebuah perpisahan.
Tak ada alasan untuk melupakanmu sebab hingga akhir kita tetap sebagai sahabat diatas sahabat wa bgayaa  :)

Blue Room, 11 Juli 2013




 

::S.O.S::

Masih teringat, saat itu hari kamis menjelang sore baru saja ku terbangun dari tidur yang menyesakkan setelah malamnya kabar duka kembali terdengar. Sang nenek buyut telah dipanggil kembali ke sisi-Nya pukul 01.00 pagi (kamis, 4 juli 2013). Saat itu hanya sebaris doa yang ku kirimkan untuknya demi mengiringi kepergian kembali ke dalam dekapan-Nya.

Tak ingin tenggelam dalam kesedihan ku iyakan sebuah ajakan sahabat untuk berangkat keluar daerah. "Toraja", untuk ke 4 kalinya saya kesana dan mungkin untuk ke 4 kalinya pula saya harus kesusahan mencari makanan yang bisa dimakan. Berangkat pukul 23.00 malam dari Makassar dan tiba di Toraja jum'at pukul 06.30 pagi. Selama kurang lebih 3 hari ku coba untuk menghilangkan rasa sedih dan kepenatan dalam kepalaku dengan memotret segala aktivitas sosial dan budaya masyarakat Toraja. Meski selama di Toraja hujan terus menemani semangat saya dan teman-teman tak surut. Mengisi keceriaan dengan mereka setidaknya mengurangi beban yang tertumpuk. Minggu siang, 8 Juli kami bergegas meninggalkan Toraja untuk pulang ke Makassar.

Sekitar pukul 22.00 malam akhirnya tiba, setelah sedikit beristrahat di sekret UKMF-UH saya pun bergegas pulang ke kosan. Ceritanya belum sampai disitu. Setiba di kos entah ada apa malam itu saya merasa malas untuk tidur di kamarku sendiri dan lebih memilih tidur di kamar temanku yang tepat berada di sebelahnya. Saya hanya memeriksa sebentar keadaan kamar kemudian kembali ke kamar si teman. Setelah sedikit mengutak-ngatik isi laptop akhirnya bisa tertidur.

Pagi pun menyapa ya meskipun hampir siang,,berhubung ada janji untuk beraktivitas saya segera bersiap-siap mandi, packing keperluan dan tentunya tidak sarapan. Sesaat sebelum meninggalkan kosan kembali ku sempatkan untuk menengok kamar sendiri. Rasa bingung pun menyerang ketika pintu kamarku terbuka, muncul firasat buruk. Ternyata benar malam itu kamarku telah berhasil dibobol oleh maling. Seisi kamar berantakan bak kapal pecah. Mungkin ini adalah jawaban rasa malasku malam itu yang menjadi tanda akan terjadi hal tidak menyenangkan aka musibah. Alhamdulillah tidak ada barang berharga yang raib berhubung selalu saya bawa bila bepergian kemanapun. Lucunya saya sendiri merasa kasihan terhadap si maling yang pulang tanpa membawa hasil. Maafkan saya, mas maling... bertobatlah sebelum dalam sisa hidupmu akan selalu ditimpa kesialan dan dosa :)

Akhir cerita ku rapikan kembali isi kamar mengunci kamar kemudian masuk kampus.. Wassalam

Wind Room, 9 Juli 2013
 

::Apa aku harus bertanya ulang?::

Semalam aku bermimpi lagi tentangmu, entah ada apa hingga tuhan memberikan mimpi seperti itu. Apa karena hubungan kita renggang ? Tak mampu ku artikan perasaan saat kita hanya dipertemukan dalam sebuah mimpi. Tak mengerti apakah aku harus merasa senang atau sebaliknya. Mengingatmu masih membuatku sakit, entah kapan sembuhnya.
Terkadang langit mencoba menyampaikan pesanmu, akhir-akhir ini pesan itu mungkin saja tak tersampaikan. Mungkin aku yang bodoh karena salah mengartikan. Hanya kau yang mengerti apa kau membutuhkanku atau tidak sama sekali. Maaf aku hanya merasa kau terlalu egois hingga membunuhku untuk kesekian kali.
 

::The Greyrain Last Night::

Hujan menjadi penanda kelabu malam itu. Nampak langit tengah tak mau bersahabat dengan hatiku. Tergores sebuah pertanyaan darinya yang makin membuatku mengerti tentang jejak langkah yang harus ku hapus dan ku lupakan. Ruang dan waktu membatasi untuk harus menjelaskan, "aku tak pernah mengharapkan apapun darimu, sebab aku mengerti akan posisiku. Keyakinanku nyatanya adalah rasa nyaman ketika  keberadaanmu disampingku".

Malam itu adalah tentang sebuah kesimpulan yang harus diputuskan untuk dijalankan demi kau. Ya,, Hilangnya keberadaanku dari kehidupanmu semoga menghilangkan bebanmu. "Aneh" mungkin kata itu terakhir kalinya kau dengar malam terakhir kemarin. Pastinya kau senang...

Rotasi bumi kembali membawaku untuk menjauhkanku dari seseorang yang membuatku nyaman. Mungkin itu tak berlaku baginya. Dalam kelabunya malam, pagi menyambutku dengan rona langit birunya yang menenangkan. Berharap semoga perubahan ini akan membuatnya bebas, tak membebaninya.

 Wind Room, 14 Juni 2013
 

::it's over::

Tak akan ada lagi yang mengganggumu
Ini keinginanmu bukan?
Senanglah kau tentunya..
Aku tak mampu lagi berpura-pura
Dalam hati ku menerka
Hatimu jelas bukan untukku..

Izinkan aku menghilang dari kehidupanmu
Izinkan aku,, aneh
Wind Room, 4 Juni 2013
 

::Wait Me, Someday::


Akhir bulan mei ku sempatkan untuk memikirkan rencana masa depanku dalam skripsi, realisasi dengan mencari referensi buku sesuai topic yang ingin ku bahas. Beberapa hari sebelumnya aku sempatkan meminta seseorang “teman” untuk menemani berhubung beberapa teman dekat memiliki kesibukan yang agak sulit untuk dikesampingkan. Setelah orang yang ku mintai bantuannya bersedia dengan beberapa pra syarat yang harus dipenuhi (untung syaratnya bukan minta hal aneh). 

Hari pencarianpun dimulai, akhirnya kami bertiga menuju lokasi. Berhubung ada teman juga ingin ikut akhirnya deal bertiga jalan. Sesampai di tempat tujuan, buku yang ingin dibeli coba ku cari meski harus pintar selip-selipan diantara tumpukan kardus yang banyak menghimpit. Dengan meminta bantuan si penjaga toko, ia pun mulai mencari. Beberapa menit kemudian ia membawa sebuah buku yang ku minta. YUP… itu dia,, tapi setelah menengok harga dan memastikan kepada kasir,, YOYOI,,, mahal choy… Lembaran rupiah yang ku bawa tak mencukupi. Kuurungkan niatku sementara untuk menjadikan buku itu mulai. Sementara dalam hati “beberapa hari lagi aku akan kembali untukmu” sambil menaruh kembali buku itu ke rak.

Hampir lupa,, si dua teman yang tadi menemani juga tertarik melihat-lihat dan membaca beberapa buku. Lucunya… si dua teman ini ingin dibeliin, maaf ya,, saldo nda cukup. Nanti ya,,, saabar saja. Setelah dari toko buku loak kami bertiga berkeliling sebentar di pasar meski nda jelas arah tujuannya apa dan akhirnya karna sudah kecapean langsung nyungsep ke angkot dan kabur. Sepanjang perjalanan pulang si teman yang satu berbicara ngawur tentangku. Hahaha,, kau sukses membuatku tertawa tapi dalam hati.

Blue room, 2 Juni 2013
 

::What for?::

Sorry to worry you
Thank you for worrying about me
Thank you still take me there

Do you pretend to not understand?
I tried to survive for you

But why?
I have been disappointed
Someday someone's gonna take your place
One day i'll forget about you
You'll see, i won't even miss you
 

::One Heart for Two Love::


Ada yang mau menyimpulkan ? :)
 

::Somebody Like You::

Malam ini masih ada sejengkal kebingungan yang mendekapku. Tak jarang pertanyaan merajalela dalam helaan nafasku ketika mataku tertutup meskipun sebenarnya malam kini seperti siang bagiku. Ada kalanya  aku harus berpikir kembali apa benar aku memenuhi janjiku? Entahlah... hanya itu yang kumiliki saat ini, berusaha untuk memenuhi janji. Andaikan karma itu memang tetap berlaku, dalam sebuah lembah kebingungan seolah teriakanku untuk meminta pertolongan-Nya hanya menggema hampa.

Hei... masihkah kau ingat sayap yang masih ku pinjam?
Ada sebuah angan untuk menjadi garda terdepan untuk menjagamu. Mengitari senja di bawah biru langit. Mengapa baru sekarang diri-Mu menyadarkanku bahwa selama ini ternyata dia malaikat-Mu itu. Kini tak pantas rasanya, mencoba menggandeng tangan seorang malaikat yang telah lama kau ciptakan. Mungkin suatu hari akan tiba, ketika alarm itu berbunyi dan membangunkanku ketika sel darah merahku masih beregenerasi untuk menghidupkan alunan degup jantungku. Ketika keajaiban yang coba tuk mengaabaikan, seolah karma yang tak mau mundur meski sejengkal, Aku akan mundur dan menjauh untukmu.

kini terfikir dalam renunganku tentangmu "jeda jingga dalam labuh rancu"
 

::just blue what else::

Enam belas april dua ribu tiga belas,, derai hujan mengiringi tidur lelapmu disana.
merambah dalam damai akan fatamorgana yang sang Khalik hadirkan untukmu.
jingga di sore tadi menjadi doa yang semoga menambah bingkai lelapmu.
 

Feel Sleep in the shadow

Senja masih menatapku,  ketika langkah kakiku menemanimu dalam biru yang mejingga. Pesan apa yang ingin kau kirimkan? maaf... aku tak jeli untuk mengerti maksud pesanmu. Esntah berapa ribu jam yang telah ku habiskan untuk mengunci panca inderaku guna menyapamu lagi. Aku tetap sungkan meski sekedar berbisik dalam hati "aku rindu akan senyum dan gelagat marahmu yang tak jelas" sungguh.

Tak lagi berlabuh dalam biru kini kau dan aku terpisah di persimpangan. Maukah kau mengizinkanku untuk menjadi orang lain? Pesanmu akan ku simpan rapi dalam sebuah kotak biru yang hampa udara, biarlah melayang. Bila tak dikehidupan ini, semoga di kehidupan selanjutnya langkah kakiku kan setia menemani dan menjagamu.

Izinkan aku tuk melabuhkan harapan terakhirku padamu.
 

::unrespect::

Memori tentangmu perlahan membuatku sakit hingga sulit tuk bergerak. Tak mampu bergerak meski sejenak hanya untuk menyapamu dengan senyuman. Aku seperti orang sakau dalam kegelapan,,, hingga semakin tenggelam tetap dalam dasar. Aku mulai berteriak sekeras mungkin dan brharap kau mendengarku. Tidak?? ah.. ternyata kau tak menengarnya,, memang seharusnya ini bukanlah sesuatu yang penting untuk diacuhkan.

Aku hanya ingin mulai terbiasa meski tanpamu, berjalan sendiri. Meski nyatanya setiap waktu aku menunggumu.
 

::First Angel::

Kala sang fajar mulai  menyebarkan cahaya emas yang menghangatkan pergantian malam, rasa kantuk sedikit demi sedikit mulai menggerogotiku. Tubuhku mulai terpaku dalam sebuah posisi yang memberikanku rasa nyaman untuk berbaring menuju sebuah dunia khayal,, ya.. alam mimpi-Mu. Sayang,,, aku gagal untuk menghirup dan bernafas dalam mimpiku, Handphoneku tiba-tiba berdering.. Sebuah kabar berhasil membuat rasa kantukku lenyap seketika dan berganti dengan mata yang terasa perih.

Lagi-lagi dia harus membuatku tak betah untuk tinggal lama di tempatku merantau menuntut ilmu. Kemarin hanya sebuah percakapan singkat lewat telepon yang menanyakan kabarku, hanya itu. Tak cukup sehari kabar lain terdengar di telinga yang kau ciptakan untukku. Tak adakah kabar lain-Mu yang mampu membuatku tersenyum? Mengapa... Aku terus berdoa padaMu untuk selalu memberinya senyum di bibirnya dan menjauhkannya dari rasa sakit yang sedari dulu menyiksanya namun nyatanya sebelum ini ia berhasil mengelabuiku dengan senyum kepedihan yang rapi tersembunyi.

Dia yang pertama kali memperlihatkan cahaya kasih-Mu... Dia yang pertama kali mengajarkanku bagaimana cara berdoa dan bersyukur kepada-Mu.. Dia yang pertama kali memberitahuku semuanya adalah Milik-Mu. Dialah yang pertama kali menceritakan semua tentang-Mu...

Aku tahu takkan kau berikan sebuah cobaan kepada hamba yang tak bisa ia lewati. Masih belum cukupkah beban yang kau berikan untuknya? Rambutnya mulai memutih pertanda umurnya semakin tua, namun jiwanya tak setua itu. Tuhan.. kau tahu mengapa? karena ia masih ingin melihat anak-anaknya memberikan untaian senyum terbaik untuknya. Doa-doa yang ia haturkan tiap waktu kepada-Mu semata-mata untuk memberikannya jiwa yang kuat melewati cobaan yang kau berikan di dunia fana ini.

Belum banyak yang dapat ku berikan untuknya,, ceritaku belum memasuki klimaks seperti yang ku impikan. Aku masih ingin menciptakan senyum yang dapat membuatnya bahagia. Tolong beri ia kekuatan-Mu. Keringatnya yang bercucuran sejak aku lahir dan di besarkan merupakan hutang bagiku. Biarkan aku membalasnya dengann cucuran keringatku untuknya.

Ibu...lekas sembuh, doa anakmu yang nakal ini hanya untukmu. Celotehanmu akan sangat menjadi obat rinduku disini. Aku masih belum mengerti apa-apa, masih banyak yang harus kau ajarkan padaku nanti.

Masih dalam memoriku...
Sinar kehangatan pagi sehangat pelukanmu,,Ibu

 

::Blue Paper Boat::

Hei...Dia mulai bersuara memberikan sinyal sebagai jawaban atas kediamannya selama ini. Bagaimana kabarmu?? Ku Yakinkan hati bahwa kau baik-baik saja dalam lelap tidurmu. Mungkinkah kau sedang mengawasiku dari balik duniamu ? Ku coba mengirimkan selembar pesan yang ku jatuhkan dari langit, melewati hilir sungai bak perahu yang akan terus..terus dan terus mengikuti arus hingga akhirnya merasakan bebas yang merupakan ujung perjalanannya.  Pada akhirnya perahu itu akan berlabuh di atas ayunan sang ombak.


 

::the egnarts rainmake::

Mengapa hujan mengingatkanku akanmu?
Bagaimana bisa hujan bisa mengingatkanku tentangmu?
Apa mungkin hujan berikutnya mampu mengingatkanku akan dirimu?
Dimana lagi tempat yang nantinya hujan akan membuatku teringat tentangmu?
Kapan hujan mampu menerangkan ingatanku akan dirimu?

Aku tak tahu dan tak mampu memahami ada apa dengan hujan yang tiap kali menemani langkah yang gersang .... Masihkah warnanya jernih hingga masih pantas ku teguk? Menjejaki tapak langkah dalam sebungkus kisah yang sepertinya hanya menjadi fatamorgana di tengah gurun yang menyesatkan namun ini memang nyata. Aku terlalu terlena dalam khayalan untuk slalu dapat menapaki jejak ini bersamanya.

Kau tak indah,, kau juga tak cantik.. Namun kau selalu mampu menjadi orang tepat disaatku butuh, apakah kau malaikat? Entahlah, terlalu banyak perbincangan dan terkadang perdebatan tak jelas yang sebenarnya lucu dan tak jelas asal usulnya sampai knp bisa masuk dalam bahan perdebata.

Lama tak mendengar suara dan mengetahui bagaimana kabarmu. Entah mengapa, yang ku tahu saat ini aku ingin berjalan berdampingan seperti dulu. Tak tahu siapa sebenarnya yang salah,, aku hanya dapat beranggapan ini salah waktu, ya, waktu yang harus memisahkan memori itu. Memori... yang pernah membuatmu menangis tanpa tahu apa sabab musababnya. Hanya sebuah kalimat yag masih sempat tersimpan ketika itu "terima kasih, kau sukses membuat saya menangis", maaf.. mungkin sebuah kekhilafan yang menyelimutiku saat itu hingga mengirimimu sebuah pesan yang kau rasa berat.

Tak benar rasanya tuk mencoba menemanimu berjalan berdampingan lagi. Saat ini pun aku masih enggan menatap matamu, bukan karena marah hanya saja sebuah dinding kaca masih menjadi benteng yang membatasiku. Jangan pernah merasa bersalah hanya karena tindakan bodohku, keberadaanmu yang seolah-olah kutiadakan mungkin hanya membuatmu membenciku. Kini kau menganggapku seperti orang asing.

Mungkin aku merasa segan karena kehilanga sayap yang kau pinjamkan padaku.
Berkenankah kau untuk menunggu hingga sayap itu kutemukan dan akhirnya ku kembalikan padamu?

Memory on bluesky