::First Angel::

Kala sang fajar mulai  menyebarkan cahaya emas yang menghangatkan pergantian malam, rasa kantuk sedikit demi sedikit mulai menggerogotiku. Tubuhku mulai terpaku dalam sebuah posisi yang memberikanku rasa nyaman untuk berbaring menuju sebuah dunia khayal,, ya.. alam mimpi-Mu. Sayang,,, aku gagal untuk menghirup dan bernafas dalam mimpiku, Handphoneku tiba-tiba berdering.. Sebuah kabar berhasil membuat rasa kantukku lenyap seketika dan berganti dengan mata yang terasa perih.

Lagi-lagi dia harus membuatku tak betah untuk tinggal lama di tempatku merantau menuntut ilmu. Kemarin hanya sebuah percakapan singkat lewat telepon yang menanyakan kabarku, hanya itu. Tak cukup sehari kabar lain terdengar di telinga yang kau ciptakan untukku. Tak adakah kabar lain-Mu yang mampu membuatku tersenyum? Mengapa... Aku terus berdoa padaMu untuk selalu memberinya senyum di bibirnya dan menjauhkannya dari rasa sakit yang sedari dulu menyiksanya namun nyatanya sebelum ini ia berhasil mengelabuiku dengan senyum kepedihan yang rapi tersembunyi.

Dia yang pertama kali memperlihatkan cahaya kasih-Mu... Dia yang pertama kali mengajarkanku bagaimana cara berdoa dan bersyukur kepada-Mu.. Dia yang pertama kali memberitahuku semuanya adalah Milik-Mu. Dialah yang pertama kali menceritakan semua tentang-Mu...

Aku tahu takkan kau berikan sebuah cobaan kepada hamba yang tak bisa ia lewati. Masih belum cukupkah beban yang kau berikan untuknya? Rambutnya mulai memutih pertanda umurnya semakin tua, namun jiwanya tak setua itu. Tuhan.. kau tahu mengapa? karena ia masih ingin melihat anak-anaknya memberikan untaian senyum terbaik untuknya. Doa-doa yang ia haturkan tiap waktu kepada-Mu semata-mata untuk memberikannya jiwa yang kuat melewati cobaan yang kau berikan di dunia fana ini.

Belum banyak yang dapat ku berikan untuknya,, ceritaku belum memasuki klimaks seperti yang ku impikan. Aku masih ingin menciptakan senyum yang dapat membuatnya bahagia. Tolong beri ia kekuatan-Mu. Keringatnya yang bercucuran sejak aku lahir dan di besarkan merupakan hutang bagiku. Biarkan aku membalasnya dengann cucuran keringatku untuknya.

Ibu...lekas sembuh, doa anakmu yang nakal ini hanya untukmu. Celotehanmu akan sangat menjadi obat rinduku disini. Aku masih belum mengerti apa-apa, masih banyak yang harus kau ajarkan padaku nanti.

Masih dalam memoriku...
Sinar kehangatan pagi sehangat pelukanmu,,Ibu

 

::Blue Paper Boat::

Hei...Dia mulai bersuara memberikan sinyal sebagai jawaban atas kediamannya selama ini. Bagaimana kabarmu?? Ku Yakinkan hati bahwa kau baik-baik saja dalam lelap tidurmu. Mungkinkah kau sedang mengawasiku dari balik duniamu ? Ku coba mengirimkan selembar pesan yang ku jatuhkan dari langit, melewati hilir sungai bak perahu yang akan terus..terus dan terus mengikuti arus hingga akhirnya merasakan bebas yang merupakan ujung perjalanannya.  Pada akhirnya perahu itu akan berlabuh di atas ayunan sang ombak.


 

::the egnarts rainmake::

Mengapa hujan mengingatkanku akanmu?
Bagaimana bisa hujan bisa mengingatkanku tentangmu?
Apa mungkin hujan berikutnya mampu mengingatkanku akan dirimu?
Dimana lagi tempat yang nantinya hujan akan membuatku teringat tentangmu?
Kapan hujan mampu menerangkan ingatanku akan dirimu?

Aku tak tahu dan tak mampu memahami ada apa dengan hujan yang tiap kali menemani langkah yang gersang .... Masihkah warnanya jernih hingga masih pantas ku teguk? Menjejaki tapak langkah dalam sebungkus kisah yang sepertinya hanya menjadi fatamorgana di tengah gurun yang menyesatkan namun ini memang nyata. Aku terlalu terlena dalam khayalan untuk slalu dapat menapaki jejak ini bersamanya.

Kau tak indah,, kau juga tak cantik.. Namun kau selalu mampu menjadi orang tepat disaatku butuh, apakah kau malaikat? Entahlah, terlalu banyak perbincangan dan terkadang perdebatan tak jelas yang sebenarnya lucu dan tak jelas asal usulnya sampai knp bisa masuk dalam bahan perdebata.

Lama tak mendengar suara dan mengetahui bagaimana kabarmu. Entah mengapa, yang ku tahu saat ini aku ingin berjalan berdampingan seperti dulu. Tak tahu siapa sebenarnya yang salah,, aku hanya dapat beranggapan ini salah waktu, ya, waktu yang harus memisahkan memori itu. Memori... yang pernah membuatmu menangis tanpa tahu apa sabab musababnya. Hanya sebuah kalimat yag masih sempat tersimpan ketika itu "terima kasih, kau sukses membuat saya menangis", maaf.. mungkin sebuah kekhilafan yang menyelimutiku saat itu hingga mengirimimu sebuah pesan yang kau rasa berat.

Tak benar rasanya tuk mencoba menemanimu berjalan berdampingan lagi. Saat ini pun aku masih enggan menatap matamu, bukan karena marah hanya saja sebuah dinding kaca masih menjadi benteng yang membatasiku. Jangan pernah merasa bersalah hanya karena tindakan bodohku, keberadaanmu yang seolah-olah kutiadakan mungkin hanya membuatmu membenciku. Kini kau menganggapku seperti orang asing.

Mungkin aku merasa segan karena kehilanga sayap yang kau pinjamkan padaku.
Berkenankah kau untuk menunggu hingga sayap itu kutemukan dan akhirnya ku kembalikan padamu?

Memory on bluesky