Senja masih menatapku, ketika langkah kakiku menemanimu dalam biru yang mejingga. Pesan apa yang ingin kau kirimkan? maaf... aku tak jeli untuk mengerti maksud pesanmu. Esntah berapa ribu jam yang telah ku habiskan untuk mengunci panca inderaku guna menyapamu lagi. Aku tetap sungkan meski sekedar berbisik dalam hati "aku rindu akan senyum dan gelagat marahmu yang tak jelas" sungguh.
Tak lagi berlabuh dalam biru kini kau dan aku terpisah di persimpangan. Maukah kau mengizinkanku untuk menjadi orang lain? Pesanmu akan ku simpan rapi dalam sebuah kotak biru yang hampa udara, biarlah melayang. Bila tak dikehidupan ini, semoga di kehidupan selanjutnya langkah kakiku kan setia menemani dan menjagamu.
Izinkan aku tuk melabuhkan harapan terakhirku padamu.
Izinkan aku tuk melabuhkan harapan terakhirku padamu.