Masih dalam perantauan panjangku, terperangkap dalam masalah yang ku jadikan penyedap rasa dalam bumbu kehidupan. Kebingungan pun mengantarkanku dalam kekosongan waktu akhirnya pikiran pun melayang untuk membuat adonan tulisan malam ini. Hanya sedikit racikan adonan yang bahannya terdiri atas; rindu, sayang, dan doa.
Kembali menatap langit sore itu , tetap masih seperti kala dinginnya matamu yang semerbak membawaku terbuai hingga terperangkap ke dunia. Seberapa banyak kisah yang telah tertoreh hingga saat itu? Entahlah... siapapun takkan mau peduli dengan kisahku. Tersisip rasa manis, asam, asin heheh (iklan nano2 kapang...?). Getir rasanya melangkah tanpa aliran energi yg tersalur dalam raga. Sungguh sosok itu sedang sangat kubutuhkan. Rindu akan sosok seorang wanita yang menjagaku sekian lama sebelum mata ini terbuka menyongsong caruk maruk di dunia-Nya. Sambil memeluk hangat doanya dalam hati akan selalu terngiang "buat ibu bangga", ditambal dengan tangismu yang terkadang membuat anakmu ini jengkel "mestikah kedatangan dan kepergian anakmu yang nakal ini harus slalu ditangisi?". Memang air mata seorang wanita bagai senjata nuklir yang mampu meluluh lantahkan hati seorang kau Adam. Takkan bisa ku bayangkan hidupku tanpa kasih sayangmu hingga saat ini. Kau adalah darah, jantung…. Ibu sejak awal kau adalah hidupku. ^ ^b Doakan anakmu yang nakal ini untuk mampu membuat hidupmu sempurna.
Masih butuh keringat yang banyak untuk mendapatkan hasil yang lebih. Wejangan pedismu masih berbaris rapi baik di otak kiri dan kanan. Utamanya sesuatu tentang pacar atau hal-hal menyangkut wanita. Mendengar itu saja membuat tensi darah ibu seolah memuncak hingga ke ubun-ubun. Kendali otak terkadang tak mampu sejalan dengan kendali hati yang akhirnya membawaku kedalam perasaan yang butuh sosok penyayang di sampingku. Sulit menampik karena tak mampu ku munafikkan rasa itu. Orang aneh pun mungkin akan mengerti hal ini, meski rumit terkadang itulah tantangan hidup, kesalahan menjadi rumus perbaikan hidup. Yang pertama dan kedua adalah awal/masa lalu, namun yang ketiga adalah yang terakhir sebab akan menjadi masa depanku demi membuat hidupmu sempurna nantinya.
Melihat tetesan air hujan dalam heningnya malam tak berbintang teringat akan tetes air mata dan cucuran keringat yang menjadi penyemangatku. Doaku pun selalu terkirim untukmu bukan lewat email, facebook, twitter atau alat jejaring sosial lainnya. Lewat sujud kukirimkan segala doa dan kerinduanku untukmu. Akan banyak cerita yang ingin kudengar nanti. Bekunya isi otak menolakku untuk lebih banyak berkomat kamit menulis mantra dalam kesempatanku kali ini. hehehe :p
..................................................................................................................................
0 komentar:
Posting Komentar